MAKALAH
Gunung
Api, Gempa Bumi, Tsunami dan Bahan Tambang
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)
Disusun oleh:
Kelompok 8
·
Nisa Ayu ( 1209207055 )
·
Ridwan Fauzi ( 1209207062 )
·
Siti Rukoyah ( 1209207077 )
PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan kemudahan. Tanpa pertolongan Dia, mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) serta
untuk memperluas tentang IPBA yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengn berbagai rintangan.
Baik itu datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun, dengan
penuh kesabaran serta pertolongan-Nya, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Gunung Api, Gempa, Tsunami, dan
Bahan Tambang” yang menjelaskan pengertian, proses terjadinya serta manfaatnya.
Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd. selaku dosen mata kuliah IPBA yang telah
membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Bandung, Pebruari
2012
Penyusun
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Peulisan ..................................................................... 1
D. Langkah – Langkah Penulisan ............................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Gunung Api ............................................................................ 2
1.
Pengertian Gunung Api ................................................. 2
2.
Proses Terjadinya Gunung Api ..................................... 3
3.
Manfaat Gunung Api ..................................................... 7
B. Gempa Bumi .......................................................................... 8
1.
Pengertian Gempa Bumi ................................................ 8
2.
Penyebab Terjadinya Gunung Api ............................... 10
C. Tsunami .................................................................................. 13
1.
Pengertian Tsunami ........................................................ 13
2.
Proses terjadinya Tsunami ............................................. 14
D. Bahan Tambang .................................................................... 17
1.
Penngertian Bahan Tambang ........................................ 17
2.
Bahan Tambang di Indonesia ........................................ 17
BAB III PENUTUP
Simpulan ........................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga
teologi endogen yaitu tenaga teologi yang berasal dari dalam bumi yang
membentuk bangunan baru di permukaan bumi.
Sebelum
abad ke-20, para ahli geologi
mengajukan beberapa teori untuk dapat menjelaskan terjadinya vulkanisme, gempa, tsunami, bahan tambang dan fenomena-fenomena lainnya. Akan tetapi, tidak ada
dari teori tersebut yang dapat menjelaskan proses geologi secara tuntas.
Akhirnya, pada abad ke-20,
proses geologi dapat dijelaskan secara tuntas.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses terjadinya gunung api?
2.
Apa manfaat gunung api bagi kehidupan?
3.
Penyebab terjadinya gempa dan tsunami?
4.
Apa yang dimaksud dengan bahan tambang?
C. Tujuan Penulisan
1.
Dapat mengetahui terjadinya gunung api meletus.
2.
Dapat mengetahui manfaat gunung api bagi kehidupan.
3.
Dapat mengetahui penyebab terjadinya gempa dan tsunami.
4.
Dapat mengetahui pengertian bahan tambang.
D. Metode Penulisan
Langkah awal dari penulisan ini adalah dilakukan studi kepustakaan
untuk memperoleh data sekunder berupa bahan-bahan tertulis mengenai IPBA.
Dalam
metode ini penulis membaca buku-buku
yang berkaitan dengan penulisan makalah ini serta mencari informasi dari
internet tentang makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gunung Api
1. Pengertian
Gunung Api
Gunung berapi
atau
gunung
api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem saluran
fluida panas (batuan dalam wujud
cair atau
lava) yang memanjang dari
kedalaman sekitar 10
km
di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi,
termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
a)
Struktur
Gunung Api
Struktur gunung api terdiri dari:
· Struktur
kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat kegiatan suatu
gunungapi, bentuknya relatif bundar
· Kaldera,
bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km.
Kaldera terdiri atas: kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang
melontarkan sebagian besar tubuhnya; kalderaruntuhan, terjadi karena runtuhnya
sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yangsangat banyak dari
dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian
tubuhgunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi,
terjadi akibat erosi terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi
kaldera
· Rekahan
dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang
mencapai puluhankilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang
mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben
· Depresi
volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang
berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat ekspansi volumebesar magma
asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat
mencapaiukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
b)
Jenis
Gunung Api Berdasarkan Bentuknya
Tersusun dari batuan hasil letusan
dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang
berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut
besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan
terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi
merupakan jenis ini.
Tersusun dari batuan aliran lava
yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu
kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya
terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini
terdapat di kepulauan Hawai.
Merupakan gunung berapi yang abu
dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar
gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas
500 meter dari tanah di sekitarnya.
Gunung berapi jenis ini terbentuk
dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga
membentuk cekungan. Gunung Bromo
merupakan jenis ini.
2. Proses
Terjadinya Gunung Api
Ilmu yang mempelajari mengenai gunung api
dinamakan vulkanologi. Banyak pakar geologi memperkirakan bahwa bagian dalam
dari gunung api merupakan massa cair pijar. Massa cair
pijar tersebut dinamakan magma. Magma yang telah berada di luar kerak bumi
disebut dengan lava. Keluarnya magma ke permukaan bumi melalui rekahan atau
terusan kepundan (diatrema).
Magma yang merupakan massa cair pijar
tersebut menurut hasil penelitian bertemperatur 1000 – 12000 C, pada kedalaman 25 hingga 30 mil dari permukaan bumi. Panas bumi tersebut diperkirakan semakin
ke dalam bumi semakin naik. Gejala ini dinamakan dengan gradient geotherm.
Panas bumi tersebut yang semula dipercaya dari sisa panas bumi, pada penelitian
terakhir menunjukkan karena adanya bahan radioaktif yang
secara disintegrasi mengeluarkan panas. Unsur-unsur radioaktif tersebut adalah
Uranium dan Thorium.
Magma
yang kemudian keluar di permukaan bumi dapat berupa lava, dan dapat pula berupa
bahan lepas seperti bom, lapili, pasir, gunung api, debu, dan sebagainya. Sifat
lava dapat asam maupun basa yang berpengaruh terhadap kekentalan massanya. Lava
basa relatif cair karena banyak gas yang terkandung, sehingga alirannya dapat mencapai jauh dari sumber lava. Sebaliknya lava
asam bersifat agak kental sehingga sulit menyebar. Lava di bagian permukaan
karena terpengaruh oleh suhu udara kemungkinan lebih cepat mengental atau
membeku dibandingkan dengan lava bagian dalam. Lava luar yang membeku tersebut
disebut aa lava. Istilah tersebut
berasal dari ucapan atau teriakan setiap orang yang menginjakkan kakinya di
atas lava tersebut. Sebaliknya lava asam bersifat agak kental sehingga sulit
menyebar. Lava asam setelah membeku wujudnya seperti tali
(karena mengalir dalam keadaan kental dan dalamnya mengalir sedangkan di
permukaan mulai membeku), disebut dalam bahasa Hawai pahoehoe lava.
Lubang
pipa yang besar dari gunung api disebut kepundan, pada bagian atas yang
umumnya terdapat pada puncak kerucut gunung api membentuk cekungan kawah.
Kadangkala dalam satu tubuh gunung api akan nampak beberapa lubang kepundan
membentuk gunung api parasit.
Jika
lubang cerobong gunung api sangat besar yang ditandai dengan bentuk cekungan
yang meliputi daerah yang luas, yang dibentuk oleh suatu letusan gunung api
sangat besar meruntuhkan bagian atas dari gunung api parasit disebut Kaldera
dan apabila lobang cekungaan ini berisi dengan air disebut Kalkera,
sebagai contoh; Kalkera Tengger Gunung Bromo di JaTim.
Jenis Bahan-bahan yang
keluar dari lubang celah/pipa gunungapi berupa:
1. Lava,
Cairan magma pijar yang kental dan panas, keluar dengan cara erupsi efusif
(lelehan).
2. Bahan
Piroklastik atau batuan lepas, bahan rombakan berupa bongkah-bongkah
volcano, lapilli, dan debu gunung api, apabila endapan bahan lepas ini turun
mengalir bersama aliran air melalui permukaan lereng gunungapi, disebut Lahar.
3. Bahan-bahan
berupa gas (‘ekskalasi’), dapat berupa Cl, HCl, CO2, H2S,
H2SO4CH4, H2 dan N2. Uap
air terjadi karena persenyawaan H2 dan O2 dari atmosfera.
Bahan
yang dikeluarkan masing-masing erupsi tidak selamanya sama, tergantung dari
komposisinya.
1. Geyser
dibentukolehair masuk dan bersentuhan dengan batuan panas dibawah permukaan
yang kemudian terpompa keluar.
2. Fumarola
dan sulfatara mata air kecil atau pipa kecil mengeluarkan gas belerang.
Keluarnya
magma ke permukaan bumi dikenal dengan istilah erupsi. Berdasarkan tempat
keluarnya, erupsi dibagi dua, yaitu erupsi linier dan erupsi sentral.
1.
Erupsi linier, ialah erupsi melalui suatu
belahan atau pada suatu garis linier. Bahan yang dikeluarkan dapat berupa lava
cair, dan sedikit bahan lepas. Erupsi
jenis ini menghasilkan basalt dataran tinggi atau plateau basalt.
2.
Erupsi sentral, yaitu erupsi melalui satu titik
pusat, dalam hal ini melalui deatrema (letusan kepundan). Berdasarkan jenis letusannya erupsi
sentral dibagi tiga, yaitu:
1)
Erupsi
efusif, yang sebagian besar
menghasilkan lava cair dengan letusan yang pelan dan tenang. Erupsi jenis ini
menghasilkan gunung api perisai seperti gunung api di Hawai.
2)
Erupsi
eksplosif, yang sebagian besar berupa
bahan lepas. Ciri lainnya:
a)
Lubang
kepundan berbentuk condong
b)
Tekanan
gas tinggi
c)
Biasanya
terletak di dekat gunung api berlapis
d)
Ada
lubang kepundan (maar)
3)
Erupsi
campuran yang menghasilkan gunung api
strato. Erupsi jenis ini bahan yang dikeluarkan adalah campuran bahan lepas dan
sebagian kecil lava.
Berdasarkan
kekuatan peledakan ada bermacam-macam tipe erupsi sentral. Kekuatan peledakan tergantung pada:
1)
Derajat kekentalan
magma/lava
2)
Kekuatan
tekanan gas:
a) Dalamnya waduk
b) Volume waduk
Klasifikasi erupsi sentral:
1.
Tipe
Hawai, dengan ciri-ciri: lava cair tipis, tekanan gas rendah, membentuk gunung
berapi perisai
2.
Tipe
Stromboli, dengan ciri-ciri: erupsi pendek, tekanan rendah, bahan berupa bom,
lapili, debu dalam bentuk setengah padat. Contoh: Gunung Vesuvius, Gunung Raung
3.
Tipe
Vulkano, dengan ciri-ciri: tekanan gas sedang sampai tinggi, lava kurang cair
disamping debu dan bom. Contoh: Etna, Bromo, Semeru
4.
Tipe
Merapi, dengan ciri-ciri: lava cair liat, tekanan gas agak rendah, adanya
sumbat lava yang tetap cair, banjir batu pijar
5.
Tipe
Pelee, dengan cir-ciri: tekanan gas tinggi, lava cair liat, letusan mendatar,
adanya jarum lava
6.
Tipe
St. Vincent, dengan ciri-ciri: lava kental, tekanan gas agak rendah, adanya
kawah yang terisi air, erupsi yang pertama air diikuti bom, lapili, dan awan
pijar. Contoh: Gunung Kelud
7.
Tipe
Pereet/Plinian, dengan ciri-ciri: tekanan gas tinggi, lava cair, Pereet dan
Plinian adalah nama penelitinya
3. Manfaat
Gunung Api
Walaupun
letusan gunung berapi dapat menimbulkan korban jiwa dan harta tetapi ada beberapa manfaat dengan adanya gunung berapi antara
lain:
a.
Abu
vulkanis yang dikeluarkan gunung api saat terjadi erupsi (letusan) dapat
menyuburkan tanah pertanian, karena banyak mengandung unsur hara untuk
kebutuhan tanaman. Daerah-daerah yang mempunyai gunung berapi tempatnya subur
seperti di Pulau Jawa.
b.
Material
yang dikeluarkan gunung berapi sat terjadi letusan yang berupa pasir, kerikil,
batu-batu besar, kesemuanya merupakan mineral industri yang dapat digunakan
untuk bahan bangunan.
c.
Gunung
berapi terbentuk dari keluarnya magma dari dalam bumi. Magma yang menuju
permukaan bumi tersebut banyak membawa mineral logam, dan barang tambang
lainnya. Oleh karena itu di darah pegunungan dan gunung api banyak ditemukan
bahan tambang.
d.
Adanya
gunung berapi yang tinggi menyebabkan terjadinya hujan ororafis, sehingga
daerah itu menjadi daerah yang banyak hujan.
e.
Daerah
yang bergunung api biasanya merupakan daerah tinggi, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai daerah hutan, perkebunan, dan daerah pariwisata.
B.
Gempa
1. Pengertian
Gempa
Gempa adalah getaran yang dirasakan di permukan bumi
akibat adanya sumber getar di dalam bumi. Gempa bumi memancarkan energi melalui
bumi dalam bentuk gelombang seismik. Gelombang-gelombang ini dirasakan sebagai
getaran (gempa) bumi, meskipun pada jarak yang jauh dari sumber. Pusat gempa
bumi, yaitu di dalam bumi dimana gempa terjadi disebut hiposenter, dan titik
pada permukaan tepat diatas pusat gempa bumi disebut episenter.
Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi
(lempeng Bumi). Frekuensi suatu
wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode
waktu.
Gempa
Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismograf, alat ini akan mencatat simpangan, kecepatan dan
percepatan dari getaran tanah. Hasil rekaman seismograf
disebut seismogram. Dari seismogram dapat diketahui intensitas atau amplitudo
gelombang seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa bumi. moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa
Bumi terjadi untuk seluruh dunia. skala richter adalah
skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada
skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka
mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat
dan besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang
luas, tergantung pada kedalaman gempa.
a)
Istilah-Istilah
dalam Ilmu Gempa
·
Hiposentrum
adalah sumber gempa di dalam lapisan bumi. Dari hiposentrum, gelombang gempa
menjalar ke segala arah. Ada dua bentuk hiposentrum yaitu garis dan titik.
Hiposentrum berbentuk garis jika penyebabnya adalah patahan kerak bumi.
Hiposentrum berbentuk titik jika penyebabnya adalah gunung api atau tanah
longsor.
·
Episentrum adalah
titik atau garis di permukaan bumi yang tepat tegak lurus di atas hiposentrum.
Di sekitar episentruminilah kerusakan yang terparah terjadi. Dari episentrum,
getaran permukaan menjalar secara horizontal ke segala arah.
·
Homoseista adalah
garis yang menghubungkan tempat -tempat
di permukaan bumi yang dilalui gempa pada waktu yang sama. Umunya homoseista
berbentuk lingkaran atau elips.
·
Isoseista adalah
garis yang menghubungkan tempat-tempat
di permukaan bumi yang dilalui oleh gempa yang intensitasnya sama.sehingga
tempat-tempat tersebut mengalami
kerusakan yang sama. Isoseista biasanya berbentuk lingkaran atau elips di
sekitar episentrum
·
Makroseisma adalah daerah di sekitar
episentrum yang mengalami kerusakan terhebat akibat gempa bumi
·
Pleistoseista adalah garis pada peta
gempa yang mengelilingi makroseisma. Isoseista yang pertama merupakan
pleistoseista.
b)
Jenis
Gempa Bumi
·
Berdasarkan proses terjadinya, gempa bumi dibagi menjadi:
1.
Gempa pendahuluan, amplitudonya kecil dan terjadi sebelum
gempa besar atau gempa utama.
2.
Gempa utama, amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan
oleh manusia.
3.
Gempa susulan, terjadi beberapa menit atau jam setelah
gempa utama. Gempa ini lemah kadang-kadang terjadi berulang.
·
Berdasarkan kedalaaman hiposenter, maka gempa bumi dibagi
menjadi:
1.
Gempa dalam, kedalaman hiposenter lebih dari 300 km.
Gempa ini dapat mencapai ke permukaan tetapi amplitudonya menjadi kecil
sehingga tidak berbahaya.
2.
Gempa sedang, kedalaman hiposenter antara 60 dan 300 km.
Pada umumnya, gempa sedang jarang menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi.
3.
Gempa dangkal, kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.
Gempa dangkal sering menimbulkan kerusakan di permukaan bumi, misalnya gempa
bumi di Liwa-Lampung, sulatera pada tahun 1994.
·
Berdasarkan proses fisis, gempa bumi dapat
diklasifikasikan menjadi:
1.
Gempa tektonik. Gempa ini disebabkan oleh pergeseran
lempeng benua. Gempa tektonik sering menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.
Jika eposenter berada pada laut, maka akan menimbulkan Tsunami yaitu gelombang
laut yang besar.
2.
Gempa vulkanik. Disebabkan oleh kegiatan magma dekat
permukaan bumi aau disebabkan oleh letusan gunung berapi (vulkano). Gempa
vulkanik biasanya mempunyai intensitas lemah dan terjadi pada daerah sekitar
gunung meletus. Kerusakan dan korban jiwa lebih disebabkan oleh letusannya
daripada gempanya.
3.
Gempa runtuhan. Disebabkan oleh runtuhan batuan. Misalnya
pada gua atau disebabkan oleh longsoran tanah. Gempa runtuhan mempunyai
intensitas lemah dan terjadi secara lokal.
2. Penyebab
Terjadinya Gempa
Kebanyakan
gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang
dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin
lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa
Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa Bumi
yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa
gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi
(jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika.
a)
Alat
Pencatat gempa
Seismograf adalah alat
pencatat gempa, sedangkan seismogram adalah rekaman atau hasil catatan
seismograf. Gelombang gempa dapat bergerak horizontal dan vertical. Oleh karena
itu dikenal dua jenis seismograf yaitu seismograf horizontal dan seismograf
vertical.
b)
Klasifikasi
Besaran Gempa
Pada 1935, seorang Geophysics
Amerika bernama Charles Francis Richter (1900-1985) bersama dengan Geophysics
lain bernama Beno Gutenberg (1889-1960) mengembangkan skala yang pada
prinsipnya dapat membandingkan semua seismogram sehingga mendapatkan gambaran
tremors kekuatan yang serupa. Skala tersebut bernama Skala Richter dan sampai
sekarang diakui sebagai standar umum skala kekuatan gempa.
Skala Richter dirancang dengan
logaritma, yang berarti bahwa setiap langkah menunjukkan kekuatan yang 10 kali
lebih hebat dari para pendahulunya. 5 Skala Richter menunjukkan benturan keras,
yang 10 kali lebih kuat dari satu di 4 dan 100 kali lebih kuat dari satu di 3
Skala Richter. Perhitungan ini sering disebut sebagai Skala Richter terbuka,
karena tidak beroperasi tanpa batas atas. Ukuran Skala Richter dapat dilihat
pada tabel berikut:
Ukuran Skala Richter
|
Keterangan
|
1,0-3,0
|
Tidak
diberi label oleh manusia
|
3,0
– 3,9
|
Dirasakan
oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu gantung mulai goyang
|
4,0
– 4,9
|
Terasa
sekali getarannya. Jendela bergetar, permukaan air beriak-beriak, daun pintu terbuka – tutup
sendiri.
|
5,0
– 5,9
|
Sangat
sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding yang lemah pecah,
lepas dari batu bata dan permukaan air di daratan terbentuk gelombang air.
|
6,0
– 6,9
|
Batu
runtuh bersama-sama,
runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah ketekan di
dalam tanah.
|
7,0
– 7,9
|
Tanah
longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan tetap,
keretakan besar di tanah, trek kereta api bengkok. Terjadi kerusakan total di
daerah gempa.
|
8,0-…
|
Dapat
menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam radius seratus
kilometer dari wilayah gempa
|
c)
Klasifikasi
Intensitas Gempa
Pada 1902, seorang Vulkanolog
Italia bernama Giuseppe Mercalli (1850-1914) mengklasifikasi skala intensitas
gempa bumi dan pengaruhnya terhadap manusia, bangunan (gedung), dan alam
(tanah). Klasifikasi tersebut bernama Skala Mercalli
yang ditentukan berdasarkan kerusakan akibat gempa dan wawancara kepada para
korban, sehingga bersifat sangat subyektif. Oleh karena itu, pada tahun 1931
seorang ilmuwan dari Amerika memodifikasi Skala Mercalli ini dan sampai
sekarang digunakan di banyak wilayah gempa. Klasifikasi intensitas gempa dengan
Skala Mercalli dapat dilihat di tabel berikut:
Ukuran
|
Keterangan
|
I
|
Direkam
hanya oleh seismograf
|
II
|
Getaran
hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa.
|
III
|
Getaran
dirasakan oleh beberapa orang
|
IV
|
Getaran
akan dirasakan oleh banyak orang. Porselin dan barang pecah belah
berkerincing dan pintu berderak
|
V
|
Binatang
merasa kesulitan dan ketakutan. Bangunan mulai bergoyang. Banyak orang akan
bangun dari tidurnya
|
VI
|
Benda-benda
mulai berjatuhan dari rak.
|
VII
|
Banyak
orang cemas, keretakan pada dinding dan jalan
|
VIII
|
Pergeseran
barang-barang dirumah
|
IX
|
Kepanikan
meluas, tanah longsor, banyak atap dan dinding yang roboh.
|
X
|
Banyak
bangunan rusak, lebar keretakan di dalam tanah mencapai hingga 1 meter
|
XI
|
Keretakan
dalam tanah makin melebar, banyak tanah longsor dan batu yang jatuh
|
XII
|
Hampir
sebagian besar bangunan hancur, permukaan tanah perubahan menjadi radikal
|
C.
Tsunami
1. Pengertian
Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu
tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang. Jadi secara harfiah
berarti “ombak besar di pelabuhan” yaitu perpindahan badan air yang disebabkan
oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi
bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami
dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di dalam laut,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km/jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30
km/jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena tsunami bsa diakibatkan karena
hantaman air maupun materi yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
2. Proses
Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika gangguan yang
menyeabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah, beberapa tsunami diakibatkan oleh
gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Karakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat
mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air berada diatasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
aliran energi laut yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang
mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung
pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, kecepatannya bisa mencapai
ratusan kilometer perjam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan
menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang
dilaluinya. Di tengah laut, tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga
beberapa meter, namun saat mencapai pantai, tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan massa air. Saat mencapai pantai,
tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan
mencapai bebrapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada
patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi,
dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut
serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan
tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurs lapisan bumi. Akibatnya,
dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang
berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau
meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi megatsunami yang tingginya meencapai ratusan meter.
Gempa yang dapat menyebabkan tsunami:
·
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30
km).
·
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 skala
richter.
·
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.
Tsunami Memindahkan
100.000 Ton Air ke Daratan
Penelitian menunjukkan bahwa tsunami ternyata
bukan terdiri dari gelombang tunggal, melainkan terdiri atas rangkaian
gelombang dengan satu pusat di tengah, seperti sebuah batu yang dilemparkan ke
dalam kolam renang. Jarak antara dua gelombang yang berurutan dapat mencapai
500-650 kilometer. Ini berarti tsunami dapat melintasi samudra dalam hitungan
jam saja. Tsunami hanya melepaskan energinya ketika mendekati wilayah pantai.
Energi yang terbagi merata pada segulungan air raksasa menjadi semakin memadat
seiring dengan semakin mengerutnya gulungan air tersebut, dan meningkatnya
tinggi gelombang permukaan secara cepat dapat diamati. Gelombang berketinggian
kurang dari 60 cm di laut lepas kehilangan kecepatannya saat mendekati perairan
dangkal, dan jarak antargelombangnya pun berkurang. Akan tetapi, gelombang yang
saling bertumpang tindih memunculkan tsunami dengan membentuk dinding air.
Gelombang raksasa ini, yang biasanya mencapai ketinggian 15 meter tapi jarang
melebihi 30 meter, melepaskan kekuatan dahsyat saat menerjang pantai dengan
kecepatan tinggi, sehingga menyebabkan kerusakan hebat dan menelan banyak
korban jiwa.
Tsunami memindahkan lebih dari 100.000 ton air laut ke
daratan untuk setiap meter garis pantai, dengan daya rusak yang sulit
dibayangkan. (Gelombang tsunami terbesar yang pernah diketahui, yang melanda
Jepang pada bulan Juli 1993, naik hingga 30 meter di atas permukaan air laut.)
Tanda awal datangnya tsunami biasanya bukanlah berupa dinding air, akan tetapi
surutnya air laut secara mendadak.
Penyebab Tinggi Daya Rusak
Tsunami
Menurut informasi yang diberikan oleh Dr. Walter C. Dudley,
profesor oseanografi dan salah satu pendiri Museum Tsunami Pasifik, tak menjadi
soal seberapa besar kekuatan gempa bumi, pergerakan lantai dasar samudra
merupakan syarat terjadinya tsunami. Dengan kata lain, semakin besar
perpindahan lempeng kerak bumi di lantai dasar samudra, semakin besar jumlah
air yang digerakkannya, dan hal ini akan menambah kedahsyatan tsunami. Hal lain
yang meningkatkan daya rusak tsunami adalah struktur pantai yang diterjangnya:
Selain faktor seperti bentuk pantai yang berupa teluk atau semenanjung, landai
atau curam, bagian dari pantai yang selalu berada di dalam air mungkin saja
memiliki struktur yang dapat menambah kedahsyatan gelombang pembunuh.
Dalam pernyataannya lain, yang memperjelas bahwa
tindakan pencegahan yang dilakukan tidak dapat dianggap sebagai jalan keluar
sempurna, Dudley mengatakan bahwa Amerika dan Jepang telah mendirikan perangkat
pemantau paling mutakhir di Samudra Pasifik, tapi seluruh perangkat ini
memiliki tingkat kesalahan lima puluh persen!
D.
Bahan Tambang
1.
Pengertian Bahan Tambang
Bahan
dasar batuan yang perlu diolah lebih dahulu disebut bahan tambang. Ada dua
golongan bahan tambang yaitu pertambangan bijih besi dan pertambangan bukan
bijih. Pertambangan bukan bijih dikelompokkan lagi menjadi dua golongan yaitu
tambang mineral industry dan tambang sumber energi tenaga.
a) Pertambangan
bijih
Batuan yang
mengandung logam disebut bijih
b) Pertambangan
bukan bijih
· Tambang
mineral industri
Tambang mineral industry berarti
hasil tambang yang digunakan untuk bahan baku industry. Beberapa hasil tambang
mineral ini diantaranya batu gamping, gips, tanah liat, pasir kuarsa, kaolin,
marmer dan batu apung.
· Tambang
sumber tenaga
Hasil
tambang ini digunakan oleh manusia sebagai sumber tenaga atau energi. Misalnya
sebagai bahan bakar. Tambang yang termasuk dalam gollongan ini adalah minyak
bumi, batu bara dan panas bumi.
Minyak
bumi adalah bahan tambang yang berasal dari bangkai binatang yang mengendap
berates-ratus tahun yang
lalu. Batu bara berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan yang mengendap berates -ratus tahun yang lalu.
2.
Bahan Tambang di Indonesia
Wilayah
indonesia kaya dengan barang-barang tambang, diantaranya pertambangan bijih,
yaitu bijih timah, bauksit, nikel, emas, perak, mangan, dan tembaga. Pertambangan lainnya
adalah pertambangan bukan bijih yang dapat digolongkan menjadi mineral industri
dan mineral sumber tenaga. Industri mineral ialah industri yang mencakup
pengusahaan dan sebagai pengolahan bahan tambang. Mineral sumber tenaga
merupakan bahan tambang yang dapat digunakan sebagai sunber tenaga, diantaranya
batu bara, minyak bumi, dan sumber tenaga lainnya.
a.
Pertambangan
bijih
yang termasuk pertambangan bijih adalah timah, bauksit, nikel, emas, perak,
mangan, dan tembaga, dan timbal.
b.
Penggalian mineral industri
Yang di golongkan ke dalam mineral-mineral industri ialah
berbagai mineral yang mendukung berbagai industri. Seperti
batu gamping dan lempung untuk pembuatan semen, batuan fosfat bahan dasar untuk
pupuk buatan, belerang, dan yodium untuk berbagai bahan industri.
c.
Pertambangan mineral sumber tenaga
Disebut sebagai mineral sumber tenaga karena
mineral-mineral tersebut dapat menghasilkan energi, seperti batu bara, minyak
bumi dan gas bumi. Ketiga jenis bahan tambang itu dapatdipakai sebagai
pembangkit tenaga listrik, sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dan untuk
keperluan penghasil tenaga.
d.
Sumber-sumber tenaga lain
Salah satu sumber tenaga yang sangat luas penggunaannya
adalah air. Tenaga air ini dapat dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik.
Selain air, yang dapat dipergunakan sebgai pembangkit tenaga listrik adalah
panas bumi dan unsur-unsur radioaktif.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Fenomena
– fenomena alam di bumi, vulkanisme, gempa, tsunami dan bahan tambang yang
terjadi di akibatkan tenaga endogen.
Gunung
api
secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
saluran fluida
panas (batuan dalam wujud cair atau lava)
yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
Gempa
bumi adalah getaran kerak bumi yang disebabkan oleh kekuatan – kekuatan dari
dalam bumi. Pada saat gempa bumi terjadi, yang dapat kita rasakan adalah
getaran bumi ditempat kita berpijak. Ilmu yang mempelajari gempa bumi dinamakan
seismologi.
Tsunami
(bahasa Jepang:
tsu = pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah
berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi
bawah laut, longsor
bawah laut, atau atau hantaman meteor
di laut. Gelombang
tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga
yang dikandung dalam gelombang
tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.
Bahan
dasar batuan yang perlu diolah lebih dahulu disebut bahan tambang. Ada dua
golongan bahan tambang yaitu pertambangan bijih besi dan pertambangan bukan
bijih. Pertambangan bukan bijih dikelompokkan lagi menjadi dua golongan yaitu
tambang mineral industry dan tambang sumber energi tenaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Bayong, Tj. HK.. 2004. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Rosda.
Kamajaya. Panduan
Menguasai Fisika. Ganeca.
Kanginan,
Marthen.1996. Fisika SMU Edisi kedua jilid 2C untuk kelas 2.
Jakarta
: Erlangga
Sutrisna, Ian.
2010. Tulisan Makalah Gunung Merapi.
Universitas Gunadarma.