UJIAN TENGAH SEMESTER
LANDASAN PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
SEMESTER I
Siti Rukoyah
NIM: 1209207077
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan
Pendidikan Fisika kelas B
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI - BANDUNG
2009
ﺒﺴﻡ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤﻥ ﺍﻠﺮﺤﻳﻢ
Lembar Jawaban
1.
Manusia di
dunia ini pada hakekatnya adalah makhluk individu dan makhluk social yang
mengalami perkembangan. Pada proses perkembangannya, manusia ternyata makhluk
yang dapat di didik dan dapat mendidik. Coba anda uraikan pernyataan tersebut
dengan menggunakan kacamata Pendidikan!
Jawab:
Manusia mengalami proses kependidikan yang bersasaran Pokok pada 3 H
(Head, Heart and Hand). Kepala (otak) yang berfikir, hati yang merasakan dan
tangan yang menggerakkan. Pada dasarnya manusia adalah makhluk individu, karena
manusia dilahirkan untuk menjadi diri sendiri. Tetapi dari sudut pandang yang
lain, manusia adalah makhluk social. Karena manusia sangat membutuhkan orang
lain, manusia tidak akan bertahan hidup jika tanpa adanya pertolongan dari
orang lain. Manusia mempunyai beberapa Kebutuhan diantaranya manusia butuh pendidikan.
Mengapa manusia butuh pendidikan? Karena manusia adalah makhluk individu dan
makhluk social yang bisa berkembang melalui pendidikan. Tanpa pendidikan,
manusia tidak akan berkembang sesuai aturan. Dengan pernyataan manusia adalah
makhluk social, maka dengan itu manusia dapat di didik dan dapat mendidik. Karena
dalam proses pendidikan itu manusia butuh lawan, tidak mungkin seorang manusia
menjalankan suatu pendidikan seorang diri (tidak ada lawan).
2.
Ada
beberapa aliran dalam pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
adalah: aliran nativisme, empirisme, naturalism dan konvergensi. Coba anda
Jelaskan pendapat dari masing-masing aliran Pendidikan tersebut, Kemudian
aliran mana yang paling cocok dengan Pendidikan Islam!
Jawab:
N
Beberapa
aliran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
a) Aliran Nativisme/Naturalisme
Nativisme (nativism) adalah
sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran
psikologis. Tokoh yang mempelopori teori nativisme ini adalah Arthur
Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Schopenhauer berpendpat bahwa
faktor pembawaan yang telah dibawa sejak lahir tidak dapat diubah oleh pengaruh
lingkungan atau pendidikan. Jika sejak lahir manusia membawa potensi baik, maka
perkembangan pribadinya akan baik. Sebaliknya jika sejak lahir membawa potensi
yang kurang baik, maka nantinya perkembangan pribadinya akan tidak baik pula.
Jadi, teori nativisme ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak lahir
sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya
masing-masing. Teori ini menekankan pada kodrat anak. Aspek pengaruh lingkungan
dan peran pendidik diabaikan karena dianggap bersifat negative terhadap anak.
b) Aliran Empirisme/Pengalaman
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empiricism) yang dipelopori oleh John
Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula
rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran
kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan Pendidikan
dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawan sejak lahir dianggap
tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisme menganggap setiap
anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan
bakat apa-apa.
Jadi, aliran empirisme tidak mengakui adanya pembawaan, keturunan, atau
sifat yang turun temurun. Semua Pendidikan merupakan pembentukan kebiasaan.
c) Aliran Naturalisme
Aliran naturalisme sama dengan aliran nativisme, yaitu berpendapat bahwa
tiap-tiap anak sejak lahir sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang
sendiri menurut arahnya masing-masing. Teori ini menekankan pada kodrat anak.
Aspek pengaruh lingkungan dan peran pendidik diabaikan karena dianggap bersifat
negative terhadap anak.
d) Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran
nativisme/naturalisme dengan aliran empirisme/pengalaman. Aliran ini
Menggabungkan antara arti hereditas (pembawaan) denganlingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Aliran ini
dipelopori oleh Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog
Jerman. Stern menolak atau tidak Setuju dengan teori aliran
nativisme/naturalisme dengan aliran empirisme/pengalaman yang berat sebelah.
Menurut Stern, perkembangan manusia adalah hasil perpaduan kerjasama antara
faktor bakat dan faktor lingkungan. Manusia memiliki potensi berkembang yang
dibawa sejak lahir dan lingkungan membantunya merangsang dari luar.
Jadi, teori konvergensi menyatakan bahwa perkembangan anak merupakan
hasil proses kerjasama antara faktor bakat atau bawaan dan faktor lingkungan
(termasuk pendidikan).
N
Aliran
yang paling cocok dengan pendidikan Islam
Menurut konsepsi Islam, pengaruh alam sekitar terhadap perkembangan
manusia tidak mutlak. Oleh karena itu Islam mengakui adanya pengaruh dari dalam
yang berupa potensi rohaniah seperti kekuatan instinktif (ghorizah),
kekuatanmatau kemampuan untuk melaksanakan perubahan terhadap alam sekitar
serta dorongan-dorongan nafsu baik dan buruk dan sebagainya. Dengan demikian
Islam mengajarkan kepada kita agar kita tidak menyerah kepada pengaruh
lingkungan alam dimana kita hidup dan berkembang. Sebaliknya pengaruh
lingkungan alam tetap ada terhadap kehidupan manusia, namun hanya sampai pada
batas tertentu yang tidak melampaui garis martabat dan harkat manusia sebagai
hamba Allah yang tunduk kepada-Nya. Garis inilah yang berporos kepada “ghorizah
diniyah” atau “naturaliter religiosa” yaitu bakat beragama atau bakat
ke-Tuhanan. Manusia berwatak/berkemampuan membentuk alam sekitar (allo plastis).
Pandangan Islam tersebut diatas dapat disimpulkan dari berbagai dalil naqly
sebagai berikut:
ﻭﺴﺨﺭﻠﻛﻢ ﻤﺎ ﻔﻰﺍﻠﺴﻣﻭﺍﺖ ﻭﻤﺎ ﻓﻰﺍﻷﺮﺽ ﺠﻣﻴﻌﺎ ﻤﻨﻪ ﺍﻦ ﻔﻰ ﺬﻠﻚﻷﻴﺎ ﺖ ﻟﻘﻭﻢ ﻴﺗﻔﻛﺮﻭﻦ. ( ﺍﻠﺠﺎ ﺜﻴﺔ : ٣١)
Artinya:
“Ia menundukkan seluruh yang ada di langit dan
di bumi ini bagi mu sebagai rahmat dari-Nya, sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
(Al-Djatsiyah: 31)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa aliran diatas tidak
ada yang cocok dengan pendidikan Islam namun ada kemiripan dengan aliran
konvergensi. Karena pandangan Islam tentang kemungkinan manusia memperoleh
kemajuan hidupnya adalah terletak pada kemampuan belajarnya. Sedang kemampuan
Belajar seseorang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai suatu kemampuan
ikhtiarnya sendiri melalui proses Belajar mengajar dalam berbagai cara dimulai
dari sejak lahir sampai meninggal dunia (life long education).
N
Pandangan
kita
Kita menganut aliran konvergensi, yaitu bahwa hasil Pendidikan
bergantung pada pembawaan dan lingkungan. Menurut pendapat modern perumusan
hukum konvergensi tersebut menimbulkan tafsiran, bahwa anak didik adalah fasif,
seakan-akan suatu bola dalam ilmu mekanika, yang pada saat yang sama mendapat
dua tekanan pada sebuah titik dengan kekuatan dan arah yang berbeda. Dengan
sendirinya benda itu akan meluncur ke arah tertentu dengan kekuatan tertentu
pula, yang ditentukan oleh arah dan besarnya kedua tekanan tersebut.
Seperti halnya bola tersebut di atas, anak bersikap pasif menyerah pada
nasibnya, yaitu di satu pihak: tinggi-rendahnya, banyak-sedikitnya pembawaan
yang dibekalkan oleh Tuhan dan nenek-moyangnya.
3.
Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan melalui jalur Pendidikan
Formal, Informal dan Nonformal. Apa maksud pendidikan melalui tiga jalur
tersebut, serta bagaimana rumusan tujuan Pendidikan nasional?
Jawab:
N Pendidikan Formal
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Satuan
pendidikan penyelenggara pendidikan
formal ini sebagai berikut:
·
Taman
Kanak-kanak (TK) atau Radatul Athfal (RA),
·
Sekolah Dasar
(SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI),
·
Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs),
·
Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), atau Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
·
Perguruan
Tinggi yang meliputi Akademi, Politeknik,Sekolah Tinggi, Institut, dan
Universitas.
N Pendidikan Nonformal
Adalah jalur Pendidikan di luar Pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan ini meliputi
pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan. Satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan nonformal ini, meliputi: Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), Lembaga kursus, Lembaga pelatihan, Kelompok belajar, Pusat kegiatan
belajar masyarakat, Majelis taklim.
N Pendidikan Informal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
N Pendidilan Nasional
Adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan
cita-cita ini, diperlukan perjuangan seluruh lapisan
masyarakat. Rumusan tujuan pendidikan nasional pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah
bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
4.
Ada berapa
landasan dalam pendidikan, coba anda uraikan landasan-landasan tersebut serta
beri contoh!
Jawab:
N Landasan Hukum
Dapat diartikan Peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Contoh: Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
N Landasan Filsafat
Ialah pemikiran-pemikiran filsafat tentang pendidikan atau hasil
pemikiran dan perenungan secaramendalam sampai keakar-akarnya mengenai
pendidikan. Contoh: Esensialis (bertitik tolak dari kebenaran yang telah
terbukti berabad-abad lamanya), Parenialis (kebenaran ada pada wahyu Tuhan),
Progresivis (tidak ada tujuan yang pasti, tujuan dan kebenaran bersifat
relative), Rekonstruksionis (kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki), Eksistensialis
(kebenaran adalah adanya individu manusia itu sendiri).
N Landasan Sejarah
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai
makhluk social, yang disusun secara ilmiah danlengkap, meliputi urutan fakta
masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang member pengertian dan
kefahaman tentang apa yang berlaku. Contoh: Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri
Taman Siswa di Yogyakarta dan Kyai Haji Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi
Agama Islam yaitu Muhammadiyah di Yogyakarta yang Kemudian berkembang menjadi
Pendidikan Agama Islam.
N Landasan Social Budaya
Mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu
secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Aspek
budaya pun sangat berperan dalam proses pendidikan. Contoh: pendidikan harus memperhatikan
asfek komunikasi yang bersifat transaksional (multiarah) yang memberikan porsi
perhatian kepada peserta didik untuk memberikan kritik, saran dan usulan-usulan
serta pertanyaan-pertanyaan sebagai upaya pemberdayaan peserta didik dan perlu
menyesuaikan dengan konteks sosial budaya yang ada sehingga dapat menyerap
nilai dari lingkup budayanya dengan akar budaya masyarakat.
N Landasan Psikologi
Merupakan Dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut
karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu. Contoh:
ilmu psikolog.
N Landasan Ekonomi
Di era globalisasi ini, sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan
kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan rohani. Contoh: mempunyai ekonomi
yang cukup besar, karena mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah.
5.
Tujuan
Pendidikan Islam, yaitu menciptakan manusia yang berakhlak Islami, beriman,
bertaqwa dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu
membuktikan kebenarantersebut melalui akal, rasa/feeling di dalam seluruh
perbuatan dan tingkah lakunya sehari-hari.
Pernyataan tentang tujuan Pendidikan Islam,
coba anda bandingkan dengan tujuan Pendidikan nasional, serta apa yang anda
temukan dari Kedua rumusan tersebut?
Jawab:
N Tujuan Pendidikan Islam, yaitu menciptakan
manusia yang berakhlak Islami, beriman, bertaqwa dan meyakininya sebagai suatu
kebenaran serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal,
rasa/feeling di dalam seluruh perbuatan dan tingkah lakunya sehari-hari.
N Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah
bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
N Yang saya temukan dari kedua rumusan tersebut,
yaitu bahwa pendidikan mempunyai pengertian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan, yang dilaksanakan
oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan
menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap. Apa yang diberikan kepada
anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya dimasyarakat,
dimana kelak mereka hidup.
6.
Coba anda
cari sebuah artikel/jurnal pendidikan di internet yang berhubungan dengan
landasan Pendidikan. Kemudian anda komentari artikel tersebut!
Jawab:
N Artikel
atau jurnal
Membumikan Pendidikan
Judul Artikel: Membumikan Pendidikan
Saya Mahasiswa di FE Universitas
Muhammadiyah Malang
Bahan ini cocok untuk Perguruan Tinggi.
Topik: PENDIDIKAN NASIONAL
Tanggal: 6 Oktober 2004
Oleh:
Yanto
Mahasiswa
FE Universitas Muhammadiyah Malang
Para
praktisi pendidikan seperti para guru, dosen di lembaga pendidikan atau pun
sekolah formal, pelatih (trainer) pada tempat kursus maupun lokakarya atau
bahkan para pemandu pelatihan (fasilitator) di berbagai arena pendidikan non
formal ataupun pendidikan rakyat di kalangan buruh, petani maupun rakyat
miskin, banyak yang tidak sadar bahwa ia tengah terlibat dalam suatu
pergumulan politik dan ideologi melalui arena pendidikan. Umumnya orang
memahami pendidikan sebagai suatu kegiatan mulia yang selalu mengandung
kebajikan dan senantiasa berwatak netral.
Namun
demikian, sesungguhnya berbagai kritik mendasar tersebut justru semakin
mendewasakan pendidikan, yakni memperkaya berbagai upaya pencarian model
pendidikan, sehingga melahirkan kekayaan pengalaman di lapangan mengenai
praktek pendidikan, maupun pendidikan sebagai bagian dari aksi kultural
maupun transformasi sosial. Pendidikan menjadi arena yang menggairahkan,
karena memang mampu terlibat dalam proses perubahan sosial politik di
berbagai gerakan sosial yang menghendaki transformasi sosial dan
demokratisasi.
Akan
tetapi, pada saat yang sama kegairahan pendidikan juga tumbuh bagi penganut
pemikiran liberal yang mendominasi. Hal itu ditandai dengan munculnya
berbagai proses model pendidikan dan pelatihan yang pada dasarnya berpijak
pada paradigma liberal dalam berbagai bentuk dan pendekatannya. Itulah
misalnya mengapa pada tahun 1970-an dunia pendidikan disemarakkan oleh
berkembangnya model-model pelatihan menjadi kapitalis sejati seperti Achievement
Motivation Training (AMT).
Tujuan
utama pendidikan adalah untuk mengenali, merumuskan, melestarikan dan
menyalurkan kebenaran yakni: pengetahuan tentang makna dan nilai penting
kehidupan secara mendasar. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, salah satu
cara adalah melalui pengajaran di sekolah, sekolah diadakan karena dua alasan
mendasar yaitu: (1) Untuk mengajar siswa tentang bagaimana cara menalar, cara
berpikir secara jernih dan tertata, dan (2) Untuk menyalurkan kebijaksanaan
yang tahan lama dari masa silam.
Keberhasilan
pendidikan sesungguhnya harus didukung paling tidak tiga komponen utama yaitu
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Menurut saya yang terutama adalah
pemerintah, artinya bagaimana kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
pendidikan. Secara makro kebijakan tersebut dipengaruhi keputusan politik.
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana intelektual politik untuk memahami
pendidikan secara menyeluruh.
Di
tingkat filosofi politik, pendirian moral intelektualis pada umumnya
diterjemahkan ke dalam apa yang barangkali bisa diistilahkan sebagai
konservatisme filosofis. Konservatisme filosofis meliputi semua ungkapan
konservatisme politik yang didasarkan pada sistem-sistem pemikiran filosofis
atas teologis otoritarian (mutlak atau absolut), dan yang menganggap bahwa
nalar yang benar akan menuntut ke arah kesimpulan-kesimpulan yang benar.
Secara
umum, konservatisme filosofis ingin mengubah praktik-praktik politis yang
ada, termasuk praktik-praktik pendidikan, demi menjadikannya lebih sesuai
secara sempurna dengan cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan.
Intelektualisme
pendidikan, sebagaimana telah dibicarakan erat kaitannya dengan
pendekatan-pendekatan tradisional (metafisis) terhadap filosofi, dan
kebanyakan dari pada wakil konvensional dari filosofi-filosofi tradisional
cenderung untuk berbicara dalam peristilahan intelektual pada saat membahas
persoalan-persoalan pendidikan. Jadi, secara umum intelektualisme pendidikan
meyakini bahwa ada kebenaran-kebenaran tertentu yang sifatnya mutlak serta
kekal, yang melampaui ruang dan waktu tertentu, bahwa kebenaran-kebenaran itu
selalu ada dan berlaku bagi umat manusia pada umumnya dan tidak merupakan
milik yang unik dari individu ataupun kelompok manusia tertentu saja.
Sasaran
pendidikan secara keseluruhan adalah untuk mengenali, merumuskan, menyalurkan
dan melestarikan kebenaran inti (prinsip-prinsip pokok yang mengatur
pemaknaan dan arti pentingnya kehidupan). Secara lebih khusus, peran sekolah
dalam jangka pendek adalah sebagai sebuah lembaga sosial tertentu yang harus
mengajarkan pada para siswa bagaimana caranya berpikir, cara menalar serta
untuk meyalurkan pemikiran terbaik.
|
N Komentar:
Setelah saya membaca artikel yang berjudul “Membumikan Pendidikan”, saya
bisa menyimpulkan bahwa Tujuan utama pendidikan adalah
untuk mengenali, merumuskan, melestarikan dan menyalurkan kebenaran yakni:
pengetahuan tentang makna dan nilai penting kehidupan secara mendasar. Artikel ini sangat unik dan bagus untuk
dijadikan sebagai acuan dalam pendidikan.
Lembar Soal
(UTS) Ujian Tengah Semester
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Prodi Fisika kelas A & B
Tanggal, 10 November 2009
Dosen :
M. Syarifudin
Ketentusn :
ujian ini dikerjakan di rumah dengan ketentuan:
· Jawaban dijilid dan ditik dengan huruf Aria/
Times New Roman 12, ukuran kertas A 4 (1 ½ spasi) dan dikumpulkan oleh kosma
kemudia disampaikan ke dosan paling lambat hari Senin, 17 November 2009 jam
12.00 tepat.
· Daftar bacaan dan jurnal yang dibahas
dilampirkan Bersama jawaban ini!
1.
Manusia di
dunia ini pada hakekatnya adalah makhluk individu dan makhluk social yang
mengalami perkembangan. Pada proses perkembangannya, manusia ternyata makhluk
yang dapat di didik dan dapat mendidik. Coba anda uraikan pernyataan tersebut
dengan menggunakan kacamata Pendidikan!
2.
Ada
beberapa aliran dalam pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
adalah: aliran nativisme, empirisme, naturalism dan konvergensi. Coba anda
Jelaskan pendapat dari masing-masing aliran Pendidikan tersebut, Kemudian
aliran mana yang paling cocok dengan Pendidikan Islam!
3.
Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan melalui jalur Pendidikan
Formal, Informal dan Nonformal. Apa maksud pendidikan melalui tiga jalur
tersebut, serta bagaimana rumusan tujuan Pendidikan nasional?
4.
Ada berapa
landasan dalam pendidikan, coba anda uraikan landasan-landasan tersebut serta
beri contoh!
5.
Tujuan
Pendidikan Islam, yaitu menciptakan manusia yang berakhlak Islami, beriman,
bertaqwa dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu
membuktikan kebenarantersebut melalui akal, rasa/feeling di dalam seluruh
perbuatan dan tingkah lakunya sehari-hari. Pernyataan tentang tujuan Pendidikan
Islam, coba anda bandingkan dengan tujuan Pendidikan nasional, serta apa yang
anda temukan dari Kedua rumusan tersebut?
6.
Coba anda
cari sebuah artikel/jurnal pendidikan di internet yang berhubungan dengan
landasan Pendidikan. Kemudian anda komentari artikel tersebut!
Selamat bekerja, kerjakan dengan
penuh tanggung jawab, serta tidak dibenarkan dengan hasil plagiat.